HarianUpdate.com | Jakarta – Mantan Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Kabareskrim) Polri, Komjen (Purn) Susno Duadji menilai kepercayaan publik terhadap institusi kepolisian tengah mengalami penurunan. Hal itu, menurutnya, terlihat dari cara aparat kepolisian menangani demonstrasi dalam beberapa waktu terakhir.
“Bukan turun terus, bukan dikhawatirkan. Sekarang kan sedang pada posisi down, turun. Namun untuk memperbaikinya, dengan cara menegakkan hukum sesuai dengan benar,” ujar Susno dalam program Sapa Indonesia Malam Kompas TV, Rabu (3/9/2025) malam.
Susno merujuk data Amnesty International Indonesia yang menyebut kepolisian telah menangkap 3.095 orang terkait demonstrasi di berbagai daerah. Ia menegaskan, tidak tepat jika kepolisian menangkap warga hanya karena menyampaikan pendapat di muka umum.
“Orang-orang itu kan ditangkap karena dituduh melanggar hukum, bukan dituduh karena unjuk rasa. Kalau unjuk rasa itu tidak melanggar hukum. Justru itu hak konstitusi dalam sebuah negara demokrasi,” jelasnya.
Menurut Susno, aparat seharusnya memiliki dasar hukum yang jelas dalam melakukan penangkapan. Ia bahkan mengusulkan agar kepolisian melibatkan lembaga independen seperti Amnesty International Indonesia untuk mengidentifikasi kasus salah tangkap.
“Oleh karena itu, terhadap orang melanggar hukum, jangan juga dilakukan pelanggaran hukum oleh kepolisian. Kalau mau ditangkap, lakukan sesuai prosedur, ada surat perintah penangkapan, kemudian ada penyelidikan. Itulah prosedur yang kita sepakati,” tambahnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, mengungkap jumlah 3.095 orang yang ditangkap tersebar di berbagai wilayah. Data tersebut mencatat penangkapan terbanyak terjadi di Jakarta dengan 1.438 orang, disusul Jawa Timur 556 orang, Jawa Tengah 479 orang, Jawa Barat 386 orang, Bali 140 orang, Sumatera Utara 44 orang, serta wilayah lain seperti Yogyakarta, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, dan Jambi.
Menurut Usman, kepolisian seharusnya melakukan evaluasi dan perbaikan, terutama setelah peristiwa yang menewaskan pengemudi ojek online (ojol) bernama Affan Kurniawan dalam aksi unjuk rasa.
“Seharusnya ada evaluasi dan pembenahan. Tapi justru arahnya malah ingin menyalahkan demonstran, bahkan aktivis,” tegas Usman. (Irwan)